Being mother is weird

Being mother is weird

I forget how I used to think, how I used to be before I become one

When my baby’s sick, I felt like my whole body is not functioned normally

The guilt is creeping up all over my body

When my baby sleep through the night in fever and hard to breath

I feel guilty because I can sleep and breath as usual

As if I could choose, I will take all the pain

Just like my mother used to say when I was a kid

I didn’t understand all of it until I become one

Being mother is weird

For the first time in my life, I feel guilty for breathing

I feel guilty for being healthy

I feel guilty for having an appetite

I feel guilty for everything I did normally

Being mother is weird

Your world turned into that little human you called your child

When she’s all happy and healthy, you feel it too

When she’s laughing, you feel like your heart could explode caused by happiness

When she’s sick, you fall apart, you feel like you could do better as a mother

Being mother is weird

Guess I’m still learning to accept it

To get used to this weirdness

Menikah

Ketika menulis ini, resmi 37 hari sudah aku menjalani kehidupan baru sebagai istri.
Suamiku sedang tertidur lelap di sampingku.
Karenanya aku punya waktu luang untuk memandangi wajahnya sekaligus menuangkan rasaku dalam tulisan.

Rasanya masih tidak menyangka…
Kekhawatiran yang dulu datang tiada henti. Kapan aku menikah? Dengan siapa aku akan menikah nanti? Dan seterus seterusnya.
1 Agustus lalu, terjawab sudah.

Satu kalimat tanpa jeda napas sudah diucap dari mulut lelaki yang kini kusebut suami. Dia yang menggenggam tangan bapak dengan sangat erat, menerima beratnya tanggung jawab yang dipikul bapakku atasku ke pundaknya.
Detik itu semua terasa tidak nyata. Aku terus menggenggam erat tangan mamak karena beragam rasa menghujani dalam satu waktu. Ada takut, ada bahagia, ada khawatir, ada rasa lega. Semua hadir berbarengan.

Sesaat setelahnya aku menggenggam tangannya. Halal sudah apa yang selama ini kami hindari. Kutatap matanya sambil menahan tawa. Rasanya terlalu lucu melihat dia yang dulu canggung setiap kusapa, hari itu resmi menjadi pasangan hidupku. Aku terlalu bahagia sampai menutupi segala gengsi. Kugandeng tangannya sejak keluar dari ruangan KUA. Bibirku tidak berhenti tersenyum. Aku bahagia, Allah takdirkan dia yang menjadi teman hidupku.

Jika kutarik cerita sedikit ke belakang. Tentu, wajahnya adalah wajah yg familiar. Kami bertemu di ruangan kelas 7 tahun lalu. Ditakdirkan mengurus projek kelas bersamaan, padahal kami berasal dari jurusan yang berbeda. Aku komunikasi, dia sistem informasi. Love at first sight, menurut pengakuannya. Meski tidak berlaku sama dari sudut pandangku.

Satu dua pesannya yang ditujukan padaku dulu, selalu kuanggap tidak lebih dari iseng. Mungkin modus saja, pikirku. Uniknya, modusnya berjalan terlalu konsisten. Timbul tenggelam yang hadir dalam jangka waktu yang lama. Sesekali mampir untuk menanyakan kabar, kemudian hilang berbulan-bulan lamanya. Hingga tahun lalu, dia mampir untuk menawarkan diri menetap selamanya. Dengan tangan terbuka ku terima, dan setelahnya Ia bukakan setiap jalannya.

“Aku punya harapan untuk kita, yang masih kecil di mata semua. Walau takut kadang menyebalkan, tapi sepanjang hidup kan ku habiskan.” Begitu kata Nadin Amizah di lagu Taruh.

Meski masih pengantin baru yang katanya wajar saja berbunga-bunga. Aku punya harapan untuk kita. Percikan-percikan kecil adalah hal yang wajar muncul. Tapi setidaknya, kami percaya bahwa pelukan bisa meredakan. Banyak tingkahnya yang menyebalkan dan bisa ku keluhkan, tapi beribu salahku lebih sering ia hiraukan. Rasanya aku belajar banyak darinya, tanpa perlu ia berkata-kata.

Hari-hariku berubah karenanya. Rutinitasku kini jauh berbeda. Aku yg dulu lebih memilih menggabung sarapan dan makan siang. Kini terbangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan untuknya. Aku yg lebih suka membeli makanan di luar, kini memikirkan menu-menu andalan untuk jd asupannya. Hari-hariku bukan lagi tentang diriku saja. Kini ada lelaki yang aku hormati dan layani sepenuh hati. Aku yakin, rutinitasnya juga banyak berubah. Termasuk rutinitas memakan masakan enak buatan ibunya, yang harus bergeser menjadi memakan (apapun rasanya) yang dibuat istrinya.

Aku yakin akan banyak kejutan lainnya menanti untuk kami hadapi. Tidak selalu menggebu, itu pasti. Tapi kami berusaha sepanjang hidup untuk terus menerima. Entah apa emosinya nanti, setidaknya kini aku punya pendamping tuk jadi rekan berbagi.

Selamat 37 hari pernikahan, suamiku. Terima kasih sudah sepakat untuk terus bertumbuh sepanjang waktu.

Salam dari istrimu yang belum bisa tidur malam ini❤️

Dehidrasi

Pesanku hari ini minum air putih yang banyak ya

Simpan dia jadi cadanganmu agar kuat

Sehingga kalau ia terpaksa terkucur deras lewat bola matamu, setidaknya bagian tubuhmu yang lain tidak akan iri

Iri atau marah

Karena bola matamu begitu boros menghabiskannya

Tidak peduli dengan anggota tubuh lain yang membutuhkan

Pesanku hari ini kurangi minum minuman manis ya

Karena air matamu tetap akan asin

Gula-gula itu tidak bisa keluar lewat eskresi dari kelopakmu

Dia akan mengendap dalam tubuhmu

Tidak akan sehat

Jadi cukup minum air bening saja

Pesanku hari ini kurangi melihat layar gawaimu ya

Agar matamu tidak cepat lelah

Kamu kan tahu, mereka manja

Tanpa melihat gawai seharian pun, bisa berkaca-kaca tanpa jelas sebabnya

Karena banyak kecamuk dan kelahi di bagian kepala

Pesanku hari ini menangislah seperlunya ya

Tidak usah terlalu banyak sampai matamu bengkak

Nanti dikira tidak tidur semalaman karena memikirkan utang

Memang kadang kata-kata sudah terlalu malas keluar dari lisan

Mengutarakan rasa yang kadang hanya dianggap sepele dan bualan

Pesanku hari ini tetap ingat untuk memejam ya

Seberisik apapun kecamuk di atas sana

Mata harus tetap istirahat

Sudah lelah banjir seharian

Masa iya harus dipaksa terjaga semalaman

Tidur dulu yang nyenyak

Kalau besok mau menangis lagi juga terserah

Selamat malam

Hai

Hai apa kabar

Sungguh, apa kabar?

Badannya

Jiwanya

Belakangan bukan masa yang mudah untuk kita lalui

Setidaknya dua tahun belakangan

Berbagai masalah yang kita punya

Berjalan seperti biasa

Namun kini kita memiliki kegelisahan yang sama

Tentang penyakit yang sewaktu-waktu bisa saja menghinggapi tubuh kita

Bila hari ini sehat, rasanya mewah sekali

Bisa bernafas dengan ringan

Tanpa diselingi batuk-batuk

Atau sesak yang harus dibantu dengan selang dan tabung raksasa

Bila hari ini sakit dan masih berada di rumah

Rasanya juga masih bersyukur

Karena banyak yang tidak sanggup lagi

Lebih buruk, bahkan sudah tidak mampu lagi dan terpaksa pergi

Belakangan rasanya berat sekali

Meski berat bagi masing-masing kita tidak sama massa nya

Tapi bukankah jahat jika kini kita justru membanding-bandingkan bobot masalah?

Satu ukuran yang pasti kita rasakan kini, berat

Doaku semoga tubuhmu kuat

Tubuhku

Tubuh kita

Semoga jiwa kita waras

Menghadapi perasaan was-was

Berhadapan dengan virus yang semakin ganas

Jika berat membayangkan kapan ini semua selesai

Mari kita jalani saja sehari demi sehari

Mensyukuri kembali bertemu terbitnya matahari

Jika rasanya tidak mungkin mencapai apa-apa yang kita rencanakan ke depan

Mari bersama kita syukuri kesehatan

Atau setiap nafas yang masih jadi hadiah yang tak pernah kita cantumkan dalam rencana masa depan

Kita?

Memang kamu sedang bicara dengan siapa Nna?

Aku tidak tau

Bisa jadi dengan kamu yang kebetulan mampir ke sini

Atau dengan diriku sendiri yang butuh didengarkan

Bismillaah

Kita jalani pelan-pelan ya

Cuma itu satu-satunya pilihan kita

Kopi

Di sela-sela waktumu menunggu

Mungkin seharusnya kau menyeduh secangkir kopi

Menuangkan sedikit krimer

Menyeruputnya perlahan
Sampai habis

Sampai kantukmu hilang

Dan bisa kau tunggui lagi orang itu semalaman

Kemudian matahari tergesa bangun

Mengabarkanmu hari sudah berganti

Masih saja kau menanti

Dengan mata sembab

Beruntung kau punya alasan karena terjaga semalaman

Meski itu bukan satu-satunya alasan

Lagi

Sakit yang kau buat karena musabab yang sama

Berulang kali

Bisikan-bisikan dalam hati memintamu berhenti

Tetapi kau keras kepala merasa dia akan berganti

Berganti menjadi sosok hangat dan menawarkan sepotong pisang goreng

Agar begadangmu malam ini bukan hanya ditemani kopi

Atau berganti menjadi sosok yang membuatmu tak lagi membutuhkan kopi

Karena dia kan hadir dan menemanimu terlelap sampai pagi

Moon

She’s a moon

Warm light

Echoing sun

Accepting energy and reflecting it

Looking for earth

Who will be absorbing her light

Praising her beauty

She found one

Probably the earth she needed

Or probably just another asteroid

She doesn’t know

She never know

She’s just a moon

With beautiful moonlight

Still she is

Whether there is or there isn’t planet as earth

Langit

Pundaknya diisi beban dunia

Tentang pencapaian atau sekadar uang makan

Semakin hari tidak membuatnya ringan

Yang ada semakin bertambah muatan

Pernahkah kau mencoba berbisik pada langit

Merendahkan keningmu pada bumi

Meruntuhkan segala ego dan kuatmu

Merasa berbisik tapi tidak ada suara yang keluar dari bibirmu

Sejenak dunia di pundakmu rebah

Bersama dengan segala egomu di hadapan Sang Pencipta

Usaha menguntai doa terasa berat

Karena semua yang ada di kepala berebut minta disebutkan

Tanganmu sudah menengadah ke langit

Kepalamu masih tertunduk ke bumi

Namun masih tak ada kata yang keluar dari mulutmu

Hatimu sesak

Kau tidak mampu berdoa

Hanya mampu menunduk sambil meneteskan air mata

Seolah seluruh tubuhmu berdoa dengan caranya

Dan tak ada lagi kata yang sanggup menggambarkan semua

Kemudian lirih kau berkata Aamiin

Berharap apa-apa yang tidak sanggup terucap, tetap bisa sampai ke langit

Karena kau begitu percaya, Yang Kau Ajak Bicara bisa menerka apa-apa yang tak terbaca kasat mata

Taman

Putih melati

Mawar yang merona

Basahnya daun akan tetesan embun

Cahaya yang cukup untuk hidup

Tanah gembur tempat bertumbuh

Layu

Hujan tidak juga turun

Setetespun dirasa tidak

Kering sekali tanah itu sampai retak-retak

Tumbuhan menunduk seperti kehilangan detak

Melati mulai menguning

Mawar mulai menghitam

Cahaya sudah tidak lagi hangat, rasanya terlalu panas

Redup

Sudah tidak terlihat nyala warna dari sana

Hijau, kuning, merah, atau apapun yang memanjakan mata

Semuanya gelap

Terlalu lama dibiarkan sampai mati

Terlalu lama diabaikan dan tak terurus

Tumpuk menumpuk segala benalu jadi satu

Menghisap-hisap sari yang tersisa untuk bertahan hidup

Tak sanggup beradaptasi dengan kemarau panjang

Langit mendung pun tidak menjanjikan hujan

Terbiasa bertahan di tengah kekeringan

Nyatanya tidak mampu membuat bunga-bunga bertahan

Mati

Kering kerontang tanpa embun atau hujan

Taman itu bukan berisi kaktus yang sanggup hidup tanpa air berlama-lama

Taman itu berisi bunga-bunga cantik yang kini mulai kehilangan nyala

Berlebihan

Entah setiap yang sederhana ia buat berlebihan

Atau memang begitu caranya merasa

Entah setiap yang sederhana ia buat berlebihan

Atau memang begitu caranya mencinta

Entah setiap yang sederhana ia buat berlebihan

Atau memang begitu caranya berharap

Entah setiap yang sederhana ia buat berlebihan

Atau memang begitu caranya kecewa